link within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CONNECT WITH

Senin, 18 April 2011

SIROH ABU BAKAR ASSHIDIQ SANG PEMBELA RASULULLAH



Siroh Abu Bakar Ash-Shiddiq
(632-634 M) Sang Pembela
Rasulullah – Abu Bakar termasuk
pelopor kaum Muslimin pertama,
As-Sabiqunal Awwalun, para
pendahulu. Ia adalah orang yang
memercayai Rasulullah di saat
banyak orang menganggap
beliau gila. Abu Bakar termasuk
orang yang siap mengorbankan
nyawanya, di saat banyak orang
hendak membunuh Rasulullah.
Nama awal Abu Bakar adalah
Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam
lembaran sejarah disebutkan
nama ayahnya adalah Abu
Quhafah. Ini pun bukan nama
sebenarnya. Utsman bin Amir
demikian nama lain dari Abu
Quhafah. Abu Bakar lahir pada
573 Masehi, lebih muda sekitar
tiga tahun dari Nabi Muhammad.
Sebelum masuk Islam, ia
dipanggil dengan sebutan Abdul
Ka’bah. Ada cerita menarik
tentang nama ini. Ummul Khair,
ibunda Abu Bakar sebelumnya
beberapa kali melahirkan anak
laki-laki. Namun setiap kali
melahirkan anak laki-laki, setiap
kali pula mereka meninggal.
Sampai kemudian ia bernazar
akan memberikan anak laki-
lakinya yang hidup untuk
mengabdi pad Ka’bah. Dan
lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar
ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini
diambil dari nama lain Ka’bah,
Baitul Atiq yang berarti rumah
purba. Setelah masuk Islam,
Rasulullah memanggilnya dengan
sebutan Abdullah. Nama Abu
Bakar sendiri konon berasal dari
predikat pelopor dalam Islam.
Bakar berarti dini atau awal.
Suatu hari Abu Bakar ingin
berangkat berdagang ke wilayah
Thaif bersama rekan bisnisnya,
Hakim bin Hizam—keponakan
Khadijah. Tiba-tiba sesorang
datang menemuinya. Orang itu
berkata kepada Hakim, “Bibimu
Khadijah mengaku suaminya
menjadi nabi sebagaimana Musa.
Ia sungguh telah mengabaikan
tuhan-tuhan.”
Selanjutnya Abu Bakar berpikir.
Ia orang yang paling mengerti
tentang Muhammad Saw.
Sebelum sesuatu terjadi, ia harus
menemui beliau untuk
memastikan berita tersebut.
Setelah itu barulah ia akan
menentukan sikap.
Abu Bakar mendatangi Rasulullah
Saw. Ia berusaha mengingat
kembali semua kisah tentang
sahabatnya itu. Ia yakin,
sahabatnya tidaklah seperti
orang-orang Quraisy
kebanyakan. Sahabatnya
bukanlah orang yang
mengagungkan berhala-berhala
yang disembah oleh orang-orang
Quraisy. Di masa mudanya tidak
ada sifat kekanak-kanakan
seperti halnya pemuda-pemuda
Quraisy dan ia mempunyai
kebiasaan yang sangat berbeda
dengan kaumnya. Setiap tahun,
ia menyendiri di Gua Hira selama
sebulan penuh.
Semua gambaran dan bayangan
itu bergelayut dalam ingatan Abu
Bakar. Ia mempercepat langkah
untuk segera mengetahui
kebenaran dari mulut
sahabatnya langsung. Lalu
muncul dalam ingatan Abu Bakar
tentang keberkahan yang dialami
kaum Bani Sa ’ad saat Halimah As-
Sa’diyah mengambil beliau dalam
susuannya menuju kampungnya.
Abu Bakar juga mengingat ulang
pembicaraan Bukhaira, seorang
pendeta yang mengingatkan
paman beliau Abu Thalib dari
tipu daya Yahudi apabila mereka
mengetahui tentang anak kecil
yang dibawanya.
Akhirnya Abu Bakar sampai juga
di rumah Muhammad Saw. Ia
masuk menemui sahabatnya dan
langsung bertanya, “Apa yang
sebenarnya terjadi dengan berita
yang telah aku dengar
tentangmu? Apakah engkau
mengira kaummu mengakui
kebenaran yang engkau
katakan?”
“Wahai Abu Bakar, maukah
engkau kuceritakan sesuatu,
apabila engkau rela aku akan
terima, namun jika tidak suka
maka aku akan menyimpannya,”
jawab Muhammad.
Abu Bakar menjawab, “Ini
telingaku, silakan katakan.”
Nabi Saw membacakan beberapa
ayat Al-Qur’an kepada Abu Bakar.
Beliau juga menceritakan
kepadanya tentang wahyu yang
turun dan peristiwa di Gua Hira
yang beliau alami. Jiwa Abu
Bakar telah siap memercayainya,
karena kemudahan yang Allah
berikan kepadanya dengan
pertemanan dan ketulusan
pengenalan.
Tanpa ragu, belum sampai
Rasulullah Saw menyelesaikan
ceritanya, Abu Bakar berbisik
lirih, “Aku bersaksi bahwa
engkau orang yang jujur. Apa
yang engkau serukan adalah
kebenaran. Sesungguhnya ini
adalah kalam Allah.”
Setelah itu, ia menemui Hakim
bin Hizam dan berkata, “Wahai
Abu Khalid, kembalikanlah
uangku, aku telah menemukan
bersama Muhammad bin
Abdullah sesuatu yang lebih
menguntungkan daripada
perniagaan bersamamu.” Abu
Bakar mengambil hartanya dan
berlalu.
Rasulullah bukan tanpa alasan
memilih Abu Bakar menjadi
orang kedua setelah dirinya.
Suatu hari Rasulullah pernah
mengabarkan tentang
keutamaan sahabat sekaligus
mertua beliau ini. “Tak seorang
pun yang pernah kuajak masuk
Islam yang tidak tersendat-
sendat dengan begitu ragu dan
berhati-hati kecuali Abu Bakar. Ia
tidak menunggu-nunggu atau
ragu-ragu ketika kusampaikan
hal ini,” sabda Rasulullah Saw.
Hal ini pula yang menyebabkan ia
dilantik dengan gelar Ash-
Shiddiq di belakang namanya.
Abu Bakar memang selalu
membenarkan Rasulullah tanpa
sedikit pun keraguan. Pada
peristiwa Isra’ Mikraj, Abu Bakar
adalah orang pertama yang
percaya saat Rasulullah
menyampaikan hal itu. Tanpa
setitik pun ada kebimbangan di
benaknya.
Abu Bakar memulai misi mulia
dalam menyerukan agama Allah,
sehingga berkat tangannya, Allah
memberikan hidayah-Nya kepada
generasi pertama Islam (As-
Sabiqunal Awwalun), di mana
dengan kesabaran dan
kesungguhan mereka
membangun Islam.
Ia mulai menyebarkan Islam
kepada orang-orang di kaumnya
yang ia percayai, orang yang
berteman dan duduk
bersamanya. Sehingga banyak
sekali yang masuk Islam
karenanya


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More