link within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CONNECT WITH

Sabtu, 05 Maret 2011

GOMBLOH 'The legend'


The Legend> Gombloh
"Pencipta Lagu Berita Cuaca yg di
nyanyikan Boomerang
Kesayangan kita"
Gombloh adalah pencipta lagu
balada sejati. Ia bergabung
dengan grup beraliran art rock/
orchestral rock bernama Lemon
Tree's Anno '69, yang musiknya
mendapat pengaruh ELP dan
Genesis. Leo Kristi dan Franky
Sahilatua juga pernah menjadi
anggota grup ini.
Kehidupan sehari-hari rakyat kecil
banyak digambarkan dalam lagu-
lagunya, seperti Doa Seorang
Pelacur, Kilang-Kilang, Poligami
Poligami, Nyanyi Anak Seorang
Pencuri, Selamat Pagi Kotaku.
Lirik-liriknya puitis dan misterius.
Sebagaimana penyanyi balada
semasanya, seperti Iwan Fals dan
Ebiet G. Ade, Gombloh juga
tergerak menulis lagu tentang
(kerusakan) alam, salah satunya
adalah Berita Cuaca (lebih populer
dengan nama Lestari Alamku
walaupun ini bukan judul yang
sebenarnya). Lagu-lagu cintanya
cenderung "nyeleneh", sama
seperti karya Iwan Fals atau Doel
Sumbang, misalnya Lepen ("got"
dalam bahasa Jawa, tetapi di sini
adalah singkatan dari "lelucon
pendek").
Namun demikian, ia memiliki tema
khas yaitu nasionalisme di dalam
lagu-lagunya, seperti Dewa Ruci,
Gugur Bunga, Gaung Mojokerto-
Surabaya, Indonesia Kami,
Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan
Buat Negeriku, dan BK, lagu yang
bertutur tentang Bung Karno,
sang proklamator. Lagunya
Kebyar Kebyar banyak
dinyanyikan di masa perjuangan
menuntut Reformasi.
Bersama Lemon Tree's ia pernah
pula merilis album yang lagu-
lagunya berbahasa Jawa dengan
berjudul "Sekar Mayang". Hong
Wilaheng, yang adalah versi
reprise dari lagu Sekar Mayang
dan masuk dalam album "Berita
Cuaca", menggunakan lirik yang
diambil dari Serat Wedhatama.
Gombloh juga menulis lagu untuk
penyanyi lain. Ia menulis Tangis
Kerinduan bagi Djatu Parmawati
dirilis (1988), juga Merah Putih
(1986) untuk dinyanyikan
bersama-sama.
Semenjak album Gila, Gombloh
dinilai para kritisi mengendurkan
idealismenya, dengan lebih
mengedepankan album bergaya
pop ringan dan dengan lirik-lirik
sederhana dan jenaka. Namun
dengan demikian ia menjadi lebih
populer dan mendapat
penghasilan yang besar. Ia tidak
menjadi kaya dengan itu, karena
lebih suka menghabiskan
pendapatannya dengan makan-
makan bersama kawan-kawannya
[1]. Rasa kesetiakawanannya dan
jiwa merdeka inilah yang secara
tidak langsung membawanya
pada penyakit yang kelak
merenggut nyawanya.
Kematian dan penghargaan:
Gombloh meninggal dunia di
Surabaya pada 9 Januari 1988
setelah lama menderita penyakit
pada paru-parunya. Kebiasaan
merokoknya sulit dihilangkan dan
ia dikabarkan sering begadang.
Menurut salah seorang temannya,
beberapa waktu sebelum
meninggal, sering kali Gombloh
mengeluarkan darah bila sedang
bicara atau bersin.
Pada 1996 sejumlah seniman
Surabaya membentuk Solidaritas
Seniman Surabaya dengan tujuan
menciptakan suatu kenangan
untuk Gombloh yang dianggap
sebagai pahlawan seniman kota
itu. Mereka sepakat membuat
patung Gombloh seberat 200 kg
dari perunggu. Patung ini
ditempatkan di halaman Taman
Hiburan Rakyat Surabaya, salah
satu pusat kesenian di kota itu.
Pada tanggal 30 Maret 2005
dalam acara puncak Hari Musik
Indonesia III di Jakarta, Gombloh
mendapat penghargaan Nugraha
Bhakti Musik Indonesia secara
anumerta dari PAPPRI
Lagu-lagu karya Gombloh sempat
diangkat dalam penelitian Martin
Hatch seorang peneliti dari
Universitas Cornell dan ditulis
sebagai karya ilmiah yang
berjudul "Social Criticsm in the
Songs of 1980’s Indonesian Pop
Country Singers", yang dibawakan
dalam seminar musik The Society
of Ethnomusicology di Toronto,
Kanada pada 2000.









Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More