link within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CONNECT WITH

Rabu, 06 April 2011

FLU BEBEK MENYEBAR DI CHINA



Bebek Peking, telur
bebek asin, dan sop bebek
merupakan menu favorit di
China. Namun, pada musim semi
lalu, para peternak di China
mendapati bahwa unggas
peliharaannya itu memproduksi
telur dalam jumlah yang jauh
lebih rendah dari normal.

Di sejumlah peternakan, produksi
telur anjlok hingga 90 persen.
Cara berjalan dan koordinasi
tubuh mereka menjadi aneh,
selera makan juga menurun.
Sejumlah bebek kemudian mati
dalam hitungan hari.
Tak lama kemudian, dilaporkan,
sekitar 4,4 juta ekor bebek di
provinsi Fujian, Shandong, dan
Zhejiang, kawasan yang menjadi
pusat peternakan bebek di China
mengalami penyakit misterius
tersebut. Penyakit kemudian
melanda setidaknya 6 provinsi
lain dan kawasan terpencil di
sekitar Beijing.

Meluasnya wabah penyakit
misterius itu memicu George Gao
dan rekan-rekannya, peneliti
mikrobiologi dari Chinese
Academy of Sciences di Beijing
untuk bertindak. Mereka
menganalisa hewan yang
terkena penyakit.
Akhirnya, para peneliti berhasil
mengisolasi flavavirus agresif
varian baru. Virus itu serupa
dengan penyebab demam
kuning dan dengue. Namun, ini
untuk pertamakalinya virus
tersebut ditemukan pada bebek.

Temuan virus yang diberi nama
virus BYD tersebut sontak
memunculkan kekhawatiran.
Alasannya, selain berpotensi
menghancurkan peternakan
bebek di China, di mana ekonomi
sangat bergantung padanya,
flavivirus juga membahayakan
manusia.
“Sebagian besar flavivirus
merupakan zoonotic. Artinya,
mereka bisa ditularkan antara
hewan dan manusia,” kata Gao,
seperti dikutip dari Sciencemag,
1 April 2011. “Dengan demikian,
infeksi pada manusia bisa
terjadi,” ucapnya.
Virus BYD, menurut Gao, sangat
erat dengan virus Tembusu,
varian flavivirus yang ditemukan
di Asia Tenggara.

Sama seperti
virus itu, peneliti memperkirakan,
penyebaran BYD bisa dilakukan
oleh nyamuk.
Namun demikian, perkiraan
penyebaran virus lewat nyamuk
ini tidak serta-merta disepakati
oleh peneliti lain. “Transmisi
lewat nyamuk jangan dulu
dijadikan sebuah kesimpulan,”
kata Ernest Gould, virologist dari
Universite de la Mediterranee di
Marseille, Perancis.
Gould menyebutkan, perubahan
temperatur pada periode
penyebaran virus itu tidak
konsisten dengan flavavirus lain
yang disebarkan oleh nyamuk.

Sebagai informasi, virus BYD
yang menjangkiti bebek di China
terjadi di awal musim semi, saat
udara masih dingin. Ketika itu,
populasi nyamuk umumnya
masih rendah dan puncaknya
berlanjut selama musim semi
tersebut.
“Masih perlu dilakukan penelitian
epidemiologi yang lebih detail
untuk menyimpulkan hal itu,”
kata Gould. “Namun demikian,
temuan itu merupakan
peringatan penting, termasuk
bagi penduduk kawasan lain di
luar China. Penyebaran flavivirus
baru China ini bisa menjadi
masalah global,” ucapnya.
Tersebarnya peternakan bebek
di China juga membuat Gao dan
rekan-rekannya menegaskan
bahwa penyakit ini harus
dimonitor secara ketat. Apalagi
virus itu bisa menyebar ke
manusia. “Langkah berikutnya
adalah mengembangkan vaksin
untuk mengatasi virus BYD ini,”
ucap Gao. (SJ)

Sumber : http://
www.vivanews.com


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More