link within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CONNECT WITH

Selasa, 28 Juni 2011

HARMONISASI ISRO' MIROJ NABI MUHAMMAD SAW




oleh : bpk. Tarmizi Taher

Peristiwa Isra' Mi'raj merupakan peristiwa penting dalam sejarah kenabian dan perkembangan agama Islam. Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muham mad Saw mempunyai arti mendalam bagi kehidupan Nabi baik secara pribadi maupun bagi umat manusia seluruhnya.


Isra' dan Mi'raj berkait erat dengan dua tempat suci, yaitu Masjid Al-Haram di Mekah dan Masjid Al-Aqsha di Bait Al-Maqdis di Yerusalem (Palestina). Masjidil Haram, baik dalam arti bangunan itu sendiri maupun dalam arti keseluruhan kompleks Tanah Suci Mekah (sebagaimana banyak dikemukakan para ahli tafsir Al-Quran), adalah tempat bertolak Rasulullah Saw dalam menjalani Isra' dan Mi'raj. Ini dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut:


"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al-Isra' [17]: 1)


Singkatnya, puncak perjalanan Isra' Mi'raj adalah diterimanya perintah shalat wajib langsung dari Allah Swt tanpa melalui perantara. Jika direnungkan, shalat mengandung dimensi spiritual dan kemanusiaan yang sangat luas.


Shalat bisa menjadi media bagi seseorang guna merealisasikan perdamaian dengan dirinya, untuk selanjutnya menjadi muara bagi hadirnya perdamaian seluruh manusia. Perdamaian tidak akan ada di dunia ini kecuali apabila setiap individu bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Seorang individu tidak akan dapat berdamai dengan diri sendiri kecuali apabila dia dapat berpikir sesuai yang dia kehendaki, berkata sesuai yang dia pikirkan, serta bertindak seperti apa yang dia katakan. Kemudian dampak tindakannya selalu baik bagi masyarakat.


Masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak dengan ditandai antusiasme masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama hingga zikir bersama, dan lain-lain. Namun, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, fenomena lain juga tidak kalah marak: korupsi dan penyakit sosial lain.


Begitu juga banyak di antara kita melaksanakan shalat, tetapi shalatnya tidak menghalangi dari kekejian dan kemungkaran. Padahal, sebenarnya shalat mencegah kekejian. Kalau masih ada yang melakukan kekejian, maka hendaklah diketahui bahwa kemungkaran yang dilakukannya dapat lebih banyak daripada apa yang terlihat atau diketahui itu seandainya dia tidak shalat sama sekali.


Makna Isra' Mi'raj tahun ini, di negeri ini, hendaknya kita melaksanakan dakwah, serta menegakkan amar makruf karena mencegah manusia melakukan kekejian dan kemunkaran. Keyakinan atas ketakwaan tentu akan mencapai kedamaian dengan dirinya kemudian dengan orang lain. Ini tentu saja akan menciptakan kehidupan harmonis di tengah masyarakat.


Sebagai sarana komunikasi dengan Allah Swt untuk mencapai derajat ke tingkat ketakwaan yang tinggi, shalat juga merupakan sarana perekat ikatan sosial. Shalat akan berfungsi sebagai perekat sosial apabila dilakukan bersama-sama, yakni secara berjemaah.


Pertemuan berkala dan rutin saat mengikuti shalat jemaah nicaya akan merekatkan rasa persaudaraan. Selain itu, dengan shalat berjamaah, setiap Muslim yang tinggal di satu kawasan akan saling mengenal satu sama lain. Sehingga, tidak ada lagi tetangga yang tidak mengenal tetangga lainnya. Kesemarakan beragama semestinya memberikan pencerahan agar perilaku orang-orang beragama tidak akan menimbulkan dampak apa-apa selain mendatangkan kemaslahatan bagi semua.
Wallahu a'lamu bis shawab. ***

sumber : suara karya online


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More