link within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CONNECT WITH

Senin, 07 Maret 2011

BERJILBAB ,BUDAYA ARAB ATAUKAH KEWAJIBAN ?



Jilbab masih saja di perdebatkan
di kalangan umat islam sendiri
khususnya di negara kita,
pendapat pertama jilbab adalah
wajib, sedangkan pendapat
kedua mengatakan bahwa jilbab
nggak wajib, berjilbab bukan
kewajiban islam sebagaimana
sholat, tapi jilbab hanya sekedar
budaya Arab.

Sekarang mari kita telah tentang
dua pendapat ini, yang
berpendapat wajib tentu
menyandarkan pendapatnya
pada sumber hukum islam yakni
Al-Quran Surat Al-Ahzab 59 :
"Wahai nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri orang
mukmin, hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka."
Ayat ini disusul pula oleh Alquran
surat An-Nur ayat 31. "Hendaklah
mereka menutup khimar atau
kerudung ke dada mereka".

Kedua ayat di atas sudah jelas
menunjukkan perintah berjilbab
bagi wanita muslim, namun ada
juga yang berpendapat lain
bahwa berjilbab bukan
kewajiban, tapi jilbab adalah
budaya Arab, benarkah hal itu ?
Untuk lebih jelasnya mari kita
lihat sejarah perkembangan
budaya di tanah Arab sebelum
Rasulullah di utus, pada
beberapa riwayat disebutkan
bahwa wanita-wanita di era
jahiliyah (sebelum islam datang),
mereka suka berpakaian panjang
(jilbab atau semacam gamis)
sedangkan bagian dada dan
lehernya tetap terbuka, mereka
juga suka memakai kerudung
tapi kerudungnya hanya
dibiarkan menjuntai kebelakang,
kalau kita mau melihat
gambarannya seperti Putri
Yasmin dalam Kisah Aladin, atau
kayak penari belly dance, yang
bajunya panjang tapi keliatan
pusernya.

Lalu ketika islam datang dengan
diutusnya Rasulullah Sallahualaihi
Wasallam, maka diperintahkan
bagi wanita-wanita mukmin
untuk menjulurkan atau
menyempurnakan pakaian
mereka agar menutupi seluruh
tubuh mereka, dan menutupkan
kerudung ke dada mereka.
Jadi dari penjelasan diatas dapat
kita lihat bagaimana perbedaan
antara kebudayaan Arab dan
ajaran Islam, Islam datang bukan
hendak merubah budaya yang
ada namun islam datang untuk
menyempurnkan budaya yang
ada sehingga tercipta
masyarakat yang memiliki
peradaban dan akhlak yang
tinggi.
Jangan karena islam pertama kali
di turunkan di Arab lalu kita
berkesimpulan bahwa budaya
Arab adalah budaya islam, tidak
semuanya begitu, budaya di
negara manapun jika memang
sesuai dengan islam dalam artian
tidak melanggar aturan-aturan
halal dan haram serta kaidah-
kaidah dalam islam, maka kita
boleh melestarikannya, namun
jika budaya tersebut sudah
keluar dari koridor ajaran islam
maka disinilah ajaran islam
sebagai "pengkritik" menyuruh
kepada pengikutnya untuk
membuang jauh-jauh budaya
tersebut.

Dan kalau seumpamanya Islam
pertama kali turun di Indonesia,
pasti lah cara berpakaian wanita
zaman doeloe khususnya di Jawa
yang suka pakai
"Kemben" (istilah jawa : untuk
pakaian wanita yang hanya
sebatas dada) bakalan dirombak
habis.
Jadi, bukan budaya yang
membentuk agama, tapi
agamalah yang menjadi inspirasi
dari lahirnya budaya-budaya
yang lebih beradab.
Sebagai contoh, coba kita tengok
suku asmat di pedalaman irian
jaya, mereka jauh bahkan tidak
mengenal sama sekali mengenai
ajaran islam, dan kita bisa lihat
bagaimana kehidupan mereka
yang jauh dari peradaban yang
tinggi.
Lalu bagaimana dengan model
jilbab, apakah harus serba hitam
persis seperti yang biasa dipakai
di wanita-wanita di Saudi Arabia,
dalam hal ini saya berpendapat
lebih terbuka, bahwa tidak selalu
kita meniru model berpakaian
mereka, karena Al-Qur'an sendiri
tidak secara detail menerangkan
tentang suatu model pakaian,
dan dari sini pula ruang budaya
yang sesuai dengan kultur
masing-masing negara
mengambil perannya, dan itu
syah-syah saja selama tidak
bertentangan dengan kaidah-
kaidah syariat islam.

Boleh setuju, boleh tidak, karena
ini hanya pandangan saya yang
masih kurang ilmunya.
Kritik dan saran, sangat saya
harapakan untuk kita sama-sama
belajar.








Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More